“Bu, tanggal 10, ya” ujarku hari itu setelah mencari-cari tanggal
untuk pertemuan komunitas teman-teman yang suka menulis dan membaca.
Ibu pun menyanggupi dengan senang hati tanpa ada keberatan sama sekali.
Kami pun mulai membuat menu makanan dan apa saja yang harus dibeli dan
dimasak. Aku mengusulkan makanan sederhana saja dan tidak berlebihan.
Ibu pun menyetujuinya. Aku mendapat bagian untuk membeli kue di toko dan
juga pabrik kue di dekat rumah. Membeli beberapa jenis camilan dan
memesan kue favorit. Ibu sudah berbelanja dan siap memasak untuk tanggal
10.
Alhamdulillah, acara berlangsung lancar dengan satu komitmen untuk
terus berkarya dan selalu menjalin silaturahim. Selepas teman-teman
kembali ke rumahnya kami pun mulai membereskan kembali ruang tamu dan
makanan yang tersisa.
Satu wajah lelah yang penuh senyum adalah ibu. Beliau dengan tulus,
memfasilitasi pertemuan di hari itu. Ibu memasak, menyiapkan segala
jenis yang diperlukan, memesan minuman, dan mengomandai khadimat di
rumah. Semua bisa teratasi dengan sikap dan dukungan ibu atas
kegiatan-kegiatanku. Ini bukanlah kali pertamanya ada acara di rumahku.
Sudah beberapa momen diadakan acara di rumah yang sederhana ini. Dari
dulu, rumah ini tak pernah sepi dari orang yang berkunjung. Tak jarang
juga ada banyak acara yang diadakan. Dari mulai acara syukuran,
akikahan, pengajian, buka puasa bersama, pertemuan penulis, arisan dan
banyak lagi.
Ibu tak pernah merasa lelah ketika salah satu dari kami meminta
tolong beliau ketika ada acara di rumah. Beliau malah sangat antusias
dan memfaslitasi segala hal. Ketika ada kelebihan uang, ibu membeli
karpet, tempat sop, beberapa lusin piring dalam beberapa kesempatan. Aku
kadang bertanya buat apa barang-barang tersebut. Ibu pun menjawab,
kalau ada acara di rumah, barang-barang tersebut bisa digunakan. Beliau
pun juga bercerita kalau merasa dimuliakan sebagai tamu ketika
mendatangi sebuah acara dan ingin melakukan hal itu juga.
Dari kecil ibu telah diajarkan oleh mbah putri untuk selalu
memuliakan tamu dalam berbagai kesempatan. Selalu menyediakan suguhan
ketika ada tamu. Entah itu secangkir teh atau segelas air putih. Tak
jarang juga menyuruh ikut makan bersama kami, membelikan makanan atau
memesan makanan via telepon apabila ada tamu mendadak. Seorang teman
pernah sungkan untuk ke rumah ketika beberapa kesempatan dia selalu
makan di rumah. Padahal, kami sama sekali tak bermaksud membuat dia
malu. Yah, ibu tak akan pernah lupa menawarkan makanan. Tak jarang
menyediakan langsung di meja atau memanggil tukang dagangan yang lewat
rumah.
Pernah suatu kali ketika aku mengadakan pengajian untuk kelompok
mentoring, ibu terlihat terburu-buru. Ketika aku tanya, beliau ingin
membelikan kue untuk kami. Aku hanya tersenyum sambil mengatakan kalau
aku sudah membeli kue dengan salah satu binaanku. Aku tak pernah meminta
ibu berlaku demikian, tapi beliau tak pernah berhenti. Jadi, tak jarang
ketika aku katakan kalau aku akan mengadakan acara atau pengajian
kelompok, beliau akan membuat minuman, membeli kudapan di pasar dan
menyiapkan tempat. Duh, ibu...
Salah satu pelajaran dari ibu yang akan aku pegang untuk selalu memuliakan tamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar